I Made Aditiasthana, Perawat Luka yang Menumbuhkan Asa Pasien Diabetes di Bali

19 komentar
Perawat Luka Diabetes
I Made Aditiasthana: Perawat Luka Diabetes,
via instagram.com/@ganeshacareganec


"Luka bisa disembuhkan tetapi kehilangan harapan adalah penyakit yang lebih berbahaya.” (I Made Aditiasthana)

Tak hanya merawat luka pasien, I Made Aditiasthana atau sering disapa Aditia, peraih Astra Satu Indonesia Awards tahun 2024 ini juga menumbuhkan asa pasien diabetes di Bali terutama pasien yang mengalami amputasi kaki dengan adanya kaki palsu dari bahan daur ulang.

Indonesia termasuk 10 negara terbesar penderita diabetes di dunia. Diabetes Mellitus adalah penyakit mematikan ketiga setelah penyakit jantung koroner dan stroke di Indonesia.  

Luka Diabetes menjadi salah satu penyebab amputasi dan kematian. Faktor ekonomi yang kurang menyebabkan perawatan luka tidak maksimal. 


Perawatan Luka Diabetes untuk Mencegah Risiko Berbahaya


Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat kegagalan produksi insulin oleh pankreas. Insulin berfungsi mengubah gula menjadi energi. 

Pada penderita diabetes,tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara optimal sehingga zat gula akan menumpuk di dalam darah. Glukosa yang tidak diserap dengan baik oleh sel tubuh akan menumpuk dalam darah dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. 

Jika tidak ditangani dengan tepat, diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan nyawa, seperti stroke, gagal ginjal dan penyakit jantung. 

Selain itu, komplikasi lainnya dari penyakit Diabetes yaitu luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh. Penyebab lamanya penyembuhan luka diabetes adalah kadar gula darah yang terlalu tinggi sehingga dapat merusak saraf, menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan memburuknya sirkulasi darah, sehingga mengakibatkan proses perbaikan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan menjadi terhambat.

Kondisi ini dapat membuat luka penderita diabetes tetap terbuka, basah, dan sulit disembuhkan. Luka yang lama sembuhnya menyebabkan penderita diabetes lebih rentan terserang infeksi jamur dan bakteri, serta gangrene. Oleh sebab itu, perawatan luka diabetes harus tepat agar tidak terjadi komplikasi.

Ada berbagai cara merawat luka diabetes yaitu membersihkan luka setiap hari, mengurangi tekanan pada luka, menutup luka diabetes dengan pembalut luka, mengontrol kadar gula darah, dan memenuhi asupan nutrisi harian. Perawatan luka yang tepat akan meminimalisir risiko berbahaya bagi penderita diabetes.


I Made Aditiasthana, Merawat luka dan Menumbuhkan Asa Pasien Diabetes

Merawat dan menumbuhkan asa
Merawat luka dan menumbuhkan asa,
 via instagram.com/@ganeshacareganec

Menjadi seorang perawat adalah panggilan jiwa seorang Aditia. Lulusan Universitas Udayana ini mulai menekuni perawatan pasien luka diabetes sejak 2013.

Saat menjadi mahasiswa keperawatan, Aditia terbiasa merawat pasien dengan luka kronis diabetes dan menyadari tingginya biaya perawatan. Ia merasa bahwa sebagai perawat luka diabetes, ladang bisnisnya memang menjanjikan.

Pada tahun 2013, sebagai Perawat luka, dia mendapatkan 200-300 ribu per kunjungan di Denpasar. Belum lagi, pasien diabetes butuh perawatan intensif yang tak sebentar.

Saat Adit pulang ke Singaraja, ia menetapkan hati untuk meneruskan profesinya sebagai perawat luka di sana. Namun, realitas di kampung halamannya ternyata memutarbalikkan apa yang dia rencanakan. 

Di Singaraja, pasiennya memiliki kondisi ekonomi yang jauh berbeda dibandingkan dengan di Denpasar. Tarif perawatannya turun drastis, dari yang awalnya tiga ratus ribu menjadi sekitar lima puluh ribu. Proses tawar menawar tarif pun terjadi di tempatnya bekerja.

Proses tawar-menawar ini terkadang terasa berat sekali bagi Aditia. Dalam kondisi orang sakit dan saat berkunjung ke rumahnya, Aditia melihat situasi pasien secara menyeluruh.

Mulai dari kondisi rumah, keluarganya, pekerjaannya. Belum lagi ketika sudah dekat dengan pasien, mereka tidak segan bercerita tentang masalah pribadinya. Akhirnya Adit menemukan fakta bahwa pasiennya banyak yang mengalami masalah ekonomi.

Dari momen-momen seperti inilah yang menggugah lubuk hati I Made Aditiasthana. Dari niat berbisnis, ia memutuskan untuk membuka pintu kliniknya bagi siapa saja. Pasien yang tidak mampu dipersilakan datang dan membayar seikhlasnya, bahkan di tahun 2016, Aditia menerima pasien Diabetes tanpa menerima bayaran sama sekali.

Setelah itu, tahun demi tahun berlalu ternyata permasalahan luka tak hanya sampai di situ saja, bahkan Aditia mendapatkan pasien yang sudah diamputasi karena luka diabetes.

Seperti yang diungkapkan Aditia sekitar 15-20% pasien luka diabetes di daerahnya beresiko tinggi untuk diamputasi. Ketika sudah diamputasi kakinya, pasien pun merasa dunianya seperti sudah berakhir. Setelah kakinya terpotong, mereka pun tidak bekerja karena kondisinya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, I Made Aditiasthana bersama rekannya yang berna Pande Made Beni Ariadi mendirikan YKKS ( Yayasan Kaki Kita Sukasada) di Buleleng pada tahun 2019 dengan visi dan misi meringankan beban pasien diabetes yang mengalami amputasi kaki.


Kaki palsu dari bahan daur ulang
Kaki Palsu Yayasan Kaki Kita Senusantara
via instagram.com/@yayasankakikita


Pada awalnya YKKS ini bernama (Yayasan Kaki Kita Sukasada). Sukasada ini adalah nama sebuah kecamatan, namun Aditia merasa program ini tak hanya satu kecamatan saja tetapi programnya bisa dilakukan di seluruh Nusantara sehingga akhirnya berubah nama menjadi Yayasan Kaki Kita Senusantara.

Sudah ada lebih dari 1000 pasien yang mengalami luka diabetes berhasil ditangani oleh Yayasan Kaki Kita Senusantara. Sekitar 20-40% merupakan pasien sosial yaitu pasien yang mendapatkan keringanan biaya. 

Sedangkan untuk pasien yang sudah diamputasi berkisar 15-20%. YKKS juga telah membantu 28 pasien amputasi dengan memberikan alat bantu jalan atau kaki palsu.


I Made Aditiasthana, Perawat Luka yang Meraih Astra SATU Indonesia Awards 2024 di Bidang Kesehatan 


I Made Aditiasthana, Astra SATU Indonesia Awards 2024
I Made Aditiasthana: Peraih SATU Indonesia Awards tahun 2024 bidang kesehatan,
via instagram.com/@ganeshacare

Salut sekali saya dengan kiprahnya Aditia sebagai perawat luka. Saya juga punya background di bidang kesehatan, dulu pernah bekerja di laboratorium klinik swasta di Bandung. Saya bisa merasakan besarnya ketulusan I Made Aditiasthana saat merawat luka dan mengunjungi pasien diabetes di Bali. Hal ini terlihat dari kedekatan para pasiennya dengan Aditia.

Dia juga ikut menumbuhkankan asa para penderita diabetes yang diamputasi kakinya. Mereka memang kehilangan kakinya, tapi mereka tidak boleh kehilangan harapan. 

Ada yang merasa malu bertemu orang lain karena kondisi kaki yang kini tak sempurna. Senyuman mereka bersinar kembali saat mendapatkan kaki palsu. Setidaknya mereka bisa terbantu untuk beraktivitas seperti sebelumnya. 

I Made Aditiasthana juga berhasil memberdayakan YKKS sehingga memberikan banyak manfaat bagi sekitarnya. Yayasan Kaki Kita Senusantara mempunyai tiga program yaitu perawatan sosial untuk pasien luka diabetes, pembuatan kaki palsu, dan pemberdayaan para disabilitas berusia produktif.

YKKS juga mempekerjakan para disabilitas membuat kaki palsu dari hasil daur ulang sampah plastik, salah satunya tutup botol. Selain harganya yang terjangkau, hal tersebut menjadi inovasi dan solusi bagi permasalahan sampah yang kini kian meningkat. 

Kaki palsu dari bahan daur ulang
Kaki palsu dari bahan daur ulang,
via  instagram.com/@yayasankakikita

Selain itu, YKKS juga memiliki usaha daur ulang sampah plastik yang diberi nama KarFa (Karya Difabel dan untuk Difabel). Hal ini bertujuan untuk memberdayakan para disabilitas dan keuntungannya sebesar 25% didonasikan untuk program YKKS.

Atas kiprahnya sebagai perawat luka yang juga menyembuhkan asa pasien diabetes melalui kaki palsu di Bali, I Made Aditiasthana memperoleh apresiasi dari Astra SATU Indonesia Awards tahun 2024. Tak hanya itu, ia pun berhasil memberdayakan para difabel agar bisa tetap berkarya. Salut sekali dengan sosok Aditia yang menginspirasi dan sudah banyak menebar manfaat bagi sesama. 


Salam,







Lia Yuliani
Salam ... saya Lia Yuliani dengan nama pena Leannie Azalea. Ini adalah blog kedua dari Catatan Leannie by lia.yuliani.com. Saya seorang lulusan DIV Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung. Momblogger, sekaligus Kontributor media online, dan Ghost Writer. Penyuka puisi dan traveling. Sudah puluhan artikel dibuat penulis sejak tahun 2018 dari berbagai media online seperti Idn Times dan Kompasiana. Telah menulis belasan antologi baik puisi, cerita anak, cerita remaja, dan non fiksi sepanjang tahun 2018. Silakan hubungi leannie.019@gmail.com untuk mengajukan penawaran atau kerja sama.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

19 komentar

  1. Membaca kisahnya dari niat bisnis lalu memiliki hati seluas samudera, dengan membuka klinik hanya bayar semampunya, sampai bekerja sama dengan pihak pembuat kaki palsu. Sebuah dedikasi hidup yang benar-benar berkehidupan.

    Banyak doa baik buat Aditia, semoga langkahnya terus di beri jalan baik dan bisa meluas dan jadi contoh baik buat banyak orang. Thanks to ASTRA sudah ikut andil dalam berkehidupan dengan program SIA nya.

    BalasHapus
  2. Sebuah dedikasi yang memang layak untuk diapresiasi...gak cuma membantu para penderita namun juga ikut memperhatikan kelestarian lingkungan karena beliau memanfaatkan limbah yang menumpuk menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup seseorang,,

    BalasHapus
  3. Aku pernah dengar orang bilang, kalau kena diabetes selesai, itu akan kemana-mana ujungnya. Aku sendiri cukup takut kalau-kalau nanti kena diabetes. Pernah liat juga ibu kost dulu sampai meninggal, sebelum meninggal kakinya penuh lubang akibat luka. I Made Aditiasthana orang yang peduli banget mau memikirkan permasalahan ini, pantas beliau diganjar Astra Awards!

    BalasHapus
  4. Luar biasa inspiratif ya Mas Aditia. Kebaikan hatinya benar-benar istimewa, seistimewa kliniknya yang menerima bayaran seikhlasnya. Bahkan semakin bawah kubaca, semakin merinding. Membantu orang lain untuk punya kaki palsu, dan membuat mereka punya semangat hidup lagi. Ya Allah, menginspirasi sekali.

    BalasHapus
  5. Peran Kak Made ini menguatkan penderita diabetes untuk selalu semangat berjuang, terlebih untuk yang sudah kekurangan pada bagian tubuhnya. Semoga terus banyak yang mendukung kiprahnya dari berbagai pihak

    BalasHapus
  6. Inspiratif sekali kisahnya. Dari merawat luka dengan bayaran seikhlasnya hingga membantu membuat kaki palsu, sehingga bisa kembali memberikan harapan bagi pasien. Sungguh menyentuh hati sekali kisahnya dan memang layak mendapatkan penghargaan.

    BalasHapus
  7. Ini beneran perjuangan luar biasa sih Pak I Made Aditiasthana ini! Salut dengan dedikasinya sebagai perawat luka diabetes, apalagi sampai bikin Yayasan Kaki Kita Senusantara. Inspiratif banget, bukan cuma nyembuhin luka fisik, tapi juga kasih harapan baru buat pasien yang diamputasi. Plus, inovasi kaki palsu dari sampah daur ulang itu jenius dan ramah lingkungan! Double applause

    BalasHapus
  8. Kalau sudah diabetes memang harus ekstra hati-hati ya karena luka berujung bencana... puji syukur ada Kak Made yang telaten merawat pasien diabetes bahkan ada kaki palsunya, jadi menumbuhkan harapan hidup untuk mereka.

    BalasHapus
  9. Sebuah dedikasi tinggi dari Pak Mase. Bagaimana dari awalnya sebagai perawat luka kaki penderita diabetes yang tarif tinggi, lalu tarif seikhlasnya, Sampai akhirnya membantu dengan menghadirkan kaki palsu. Akhirnya memberikan kepercayaan dan harapan baru lagi untuk terus semangat menjalani hidup. Layak mendapatkan apresiasi penghargaan SATU Indonesia.

    BalasHapus
  10. Kiprah Aditia dalam merawat luka pasien-pasien diabetes, patut mendapatkan apresiasi dan Astra menangkap itu dengan baik. Tulus banget mas Aditia ini dalam berbuat kebaikan, membantu pasien yang tidak mampu membayar.

    Serta inovasinya bersama kawannya dalam menyediakan kaki baru bagi pasien yang diamputasi, ini beneran bagus banget. Bahkan memikirkan terkait limbah yang semakin meresahkan pula. Nice info mba, sangat menginspirasi sekali.

    BalasHapus
  11. Masya Allah, hari ini banyak baca profil anak muda keren yang peduli pada sesama setelah baca profil Fariz yang menciptakan tektogram, ada Made yang peduli pada penderita diabetes.. salut pada mereka..

    BalasHapus
  12. Ka... lukanya samapi seperti itu yaa.. kalau penderita diabetes.
    Ya Allaah.. pas liat gambarnya jadi kebayang perihnya dan pasti banyak ujian lainnya. Alhamdulillah ada Pak Made yang tau benar cara merawat dengan teliti sehingga penderita diabetes tetap bisa beraktivitas dengan baik dan tersenyum.

    BalasHapus
  13. Luka diabetes memang harus segera ditangani y
    Salut sekali dengan apa yang dilakukan oleh I Made ini
    Kepeduliannya membuat dia melakukan aksi nyata yang sangat membantu masyarakat

    BalasHapus
  14. Perjuangan Kak Made dalam membantu pasien diabetes luar biasa menginspirasi. Dedikasinya menunjukkan kalau kepedulian dan empati bisa menjadi kekuatan besar dalam dunia kesehatan.

    BalasHapus
  15. Kalau inget pasien diabetes aku jadi keinget dulu pernah opname krn keracunan obat dan masuk ruang isolasi. Nah pas pagi kadang ruangan ini dibuka jadi bisa liat pasien lain yang kamarnya di depan.
    Waktu itu ada cowok cewek kyknya sepasang suami istri, cakep2, cindo gitu, ternyata yg cowok diamputasi kakinya karena diabetes, trus dia nangis2 gitu minta maaf ke ceweknya. Semengerikan itu diabetes. Bahkan kadang kalau luka gak semua keluarganya mau merawat.
    Setuju banget sama mas Aditia, kalau manusia itu "cuma" kehilangan kakinya, tapi masih bernyawa artinya hidupnya masih dibutuhkan buat dunia ini, jadi jangan berputus asa dulu.
    Selamat buat penghargaan yang diraih mas Aditia semoga menginspirasi orang2 lain berbuat sama.

    BalasHapus
  16. Bekerja di bidang kesehatan kalau tidak dilakukan dnegan ketulusan dan kesungguhan serta kecintaan maka hanya akan menggugurkan kewajiban saja. masya Allah Mas Aditia ini benar-benar mencintai pekerjaannya sehingga sepenuh hati merawat luka pasien diabetes. Salut buat beliau. Diabetes yang dijuluki rajanya penyakit adalah salah satu penyakit berbahaya jika dibiarkan, dia bisa memberi penyakit ke bagian tubuh lainnya dan bisa berujung pada kematian.

    BalasHapus
  17. Sebuah dedikasi yang luar biasa. Semangat membantu sesamanya layak mendapoatkan penghargaan
    Padahal untuk operasional klinik kan perlu biaya juga ya, eh tapi pasien bebas mau bayar berapa aja
    Terima kasih telah menghadirkan cerita yang menginspirasi mbak, semoga saya juga dapat berbuat sebaik Aditia

    BalasHapus
  18. Luarrr biasa
    Kontribusi yg sangat bermanfaat.
    bisa menjadi suri tauladan untuk warga Indonesia.
    agar semakin memberikan dampak

    BalasHapus
  19. Luar biasa dengan dedikasinya ya teh, dari yang tarifnya ratusan ribu hingga akhirnya buka klinik dengan gratis :'( panjang umur orang-orang baik pantas mendapatkan apresiasi dari SATU keren.

    BalasHapus

Posting Komentar